Cari Blog Ini

Selasa, 26 Oktober 2010

Cara-Cara menghadapi bencana Gunung Meletus

1. Cari tahu apakah Anda tinggal di daerah gunung berapi aktif yang bisa menimbulkan ancaman bagi Anda atau keluarga Anda.

2. Hapalkan dan ketahui rute evakuasi untuk daerah Anda.
Dalam keadaan stres orang bisa saja lupa akan rute ini, akan lebih bijaksana jika bisa menyimpan salinan peta atau membuat rute evakuasi yang ditandai jelas.

3. Segera lakukan evakuasi jika sudah diminta untuk meninggalkan lokasi.
Gunung berapi akan memberikan peringatan-peringatan awal sebelum letusan terjadi. Peringatan-peringatan seperti gempa kecil, batuk-batuk jangan diabaikan.

4. Dalam kondisi darurat siapkan selalu air minum, makanan, baju ganti dan peralatan untuk pertolongan pertama.

5. Jangan kembali memasuki zona evakuasi sampai pihak otoritas menyatakan daerah tersebut aman.
Meskipun letusan gunung berapi telah berhenti memuntahkan abu dan lava tapi kemungkinan masih banyak risiko seperti udara dan air yang mengandung belerang.

6. Lebih baik tinggal di tempat perlindungan dan jangan meninggalkan lokasi penampungan sampai dinyatakan aman.

7. Jika memungkinkan pelajari tentang aliran lava, lahar, banjir, gas-gas yang dikeluarkan oleh gunung berapi yang bisa untuk mengetahui posisi lebih aman untuk berlindung.

8. Pastikan untuk memakai masker atau kacamata jika pergi ke luar bangunan karena dampak yang paling utama dari abu vulkanik yang dirasakan manusia adalah masalah pernapasan, seperti iritasi hidung dan tenggorokan, batuk, bronkitis, sesak napas (emfisema) hingga bahkan menyebabkan kematian karena saluran napas menyempit.

9. Jika tidak ditemukan masker, warga bisa menggunakan sapu tangan, kain atau baju untuk melindungi diri dari abu atau gas.

10. Bagi keluarga yang memiliki anak-anak sebaiknya sediakan masker khusus untuk anak-anak, serta tidak membiarkan anak bermain di luar untuk meminimalkan paparan.

Abu vulkanik mengandung silika yang dapat menyebabkan penyakit yang disebut silikosis, yaitu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru.

Abu vulkanik yang kering dapat menempel ke mata manusia yang lembab dapat menyebabkan iritasi mata. Masalah akan semakin parah pada orang yang mengenakan lensa kontak.

Risiko lain adalah mengalami gatal-gatal, kulit memerah dan iritasi akibat debu yang ada di udara dan menempel di kulit. Kondisi ini bisa juga diakibatkan oleh kualitas air yang sudah tercemar abu vulkanik.

Sympathy for Indonesian

Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, dan istrinya, Michelle, turut bersedih atas serangkaian bencana alam yang menimpa Indonesia dalam beberapa hari terakhir, termasuk tsunami yang melanda Mentawai, Sumatra Barat. Pada kesempatan itu, Obama juga menyatakan kesiapan AS untuk memberikan bantuan kepada para korban bencana.

“Michelle dan saya sangat berduka atas korban tewas, luka dan kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi dan tsunami di Sumatra Barat,” ujar Obama di Gedung Putih pada Selasa, 26 Oktober 2010, seperti dilansir dari laman Daily Telegraph.

“Pada saat yang sama, saya merasa berbesar hati dan kagum atas ketegaran dan ketahanan yang luar biasa dari rakyat Indonesia serta komitmen dari pemerintahnya untuk membantu korban bencana dengan cepat,” ujar Presiden yang pernah tinggal selama empat tahun di Indonesia ini.

“Sebagai sahabat Indonesia, Amerika Serikat siap membantu dalam berbagai cara,” lanjut Obama lagi.

Sementara itu, juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, mengatakan bahwa bencana yang terjadi di Indonesia belum berpengaruh atas jadwal kunjungan Obama ke negara itu November mendatang. Selain Indonesia, Obama juga rencananya akan menyambangi India dan Vietnam sebagai bagian dari kunjungannya ke Asia Tenggara.

Pentingnya Bahasa

JAKARTA - Bahasa tidaklah statis, karena itu bahasa harus dikembangkan.

"Pengembangan bahasa dibutuhkan, karena bahasa bukan sekadar alat komunikasi tetapi ekspresi dari budaya yang menjadi jiwa tiap bangsa," tutur Mendiknas M Nuh di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Rabu (27/10/2010).

Tugas pengembangan bahasa diserahkan kepada Pusat Bahasa. Lembaga di bawah naungan Kemdiknas ini tahun depan akan berubah status menjadi Badan Pengembangan Bahasa. "Perubahan ini merupakan realisasi dari amanat UU nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan," imbuh Nuh.

Tiap tahun, Pusat Bahasa melaksanakan gebyar Bulan Bahasa. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian  peringatan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. Gebyar Bulan Bahasa berisi berbagai lomba tentang kebahasaan di antaranya lomba penulisan naskah cerpen dan drama, lomba musikalisasi puisi, lomba cerdas cermat kebahasaan, bengkel sastra, serta lomba kemampuan berbahasa Indonesia untuk peserta bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Puncak peringatan bulan bahasa akan dilangsungkan Kamis, 28 Oktober, besok dengan memberi anugerah kepada para pemenang lomba.

Gunung Merapi Meletus

Wedhus gembel yang menjadi pertanda letusan Gunung Merapi tidak terlihat lagi hingga pagi ini. Meski demikian, Merapi masih berstatus zona merah. Gempa-gempa kecil masih tercatat.

"Gempa sudah tidak sesering sebelum erupsi. Gempa-gempa kecil tetap ada namun tidak berbahaya," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (27/10/2010) pukul 10.30 WIB.

Berkuranganya aktivitas gempa di Merapi bisa dilihat dari alat pengukur aktivitas gempa (seismograf) yang dipasang di 4 titik.

4 Titik seismograf tersebut terletak di Klatakan/Babadan/Magelang (sisi barat); Pusunglondon/Selo/Boyolali (utara); Deles/Klaten (timur/tenggara); dan Plawangan/Turgo/Kaliurang (selatan).

"Aktivitas awan panas (wedhus gembel) juga sudah tidak keluar lagi," katanya.

Subandriyo tidak dapat memastikan apakah kawasan lereng Gunung Merapi sudah bisa dinyatakan aman untuk ditempati warga.

"Itu wewenang Pemda untuk menyatakan aman, kita bertugas mengawasi Gunung Merapi. Tapi yang pasti saat ini masih dalam zona merah," kata Subandriyo.

Sebelumnya Subandriyo memaparkan, letusan Merapi yang terjadi Selasa (26/10/2010) pukul 17.02 WIB, berbeda dengan aktivitas letusan yang terjadi pada tahun 2006. Karakteristik letusan Merapi yang terjadi kemarin adalah eksplosif (ledakan) dan bukan elusif (aliran), ditandai dengan dentuman dan dimuntahkannya hawa panas dengan suhu sekitar 500 derajat Celsius.

Berita Tsunami diMentawai

Mentawai diguncang gempa besar berkekuatan 7,7 Skala Richter Senin lalu. Gempa ini bisa disebut sebagai gempa susulan dari gempa besar 8.4 SR yang terjadi pada tanggal 12 September 2007.

Dari hasil analisa US Geological Survey , gempa ini disebabkan oleh pergerakan patahan pada Sunda megathrust, yaitu pada bidang batas tumbukan Lempeng Hindia-Australia terhadap Lempeng Sunda.

Episenter gempa 7,7 SR ini terletak di sebelah barat dari bagian utara sumber gempa September 2007, dan sekaligus juga di ujung utara dari sumber gempa bawah laut–megathrust yang menurut prediksi para ahli masih berpotensi untuk mengeluarkan gempa besar sampai 8.8 SR dalam waktu mendatang.

Menurut ahli geologi gempa dari Laboratory for Earth Hazard LIPI, Danny Hilman Natawidjaja, gempa 7,7 SR kemarin jelas merupakan bagian dari healing process setelah terjadi gempa 8.4 SR tahun 2007.

“Yang masih kurang jelas adalah apakah gempa ini merupakan bagian dari proses yang menuju akan pecahnya sumber gempa 8,8 SR atau bukan,” ujar Danny.

Di wilayah ini, kata Danny, terdapat jaringan statsiun GPS kontinyu SuGAR (Sumatran GPS Array) yang dioperasikan bersama oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Earth Observatory of Singapore (EOS)–Nanyang Technological University. Sejak tahun 2002, SuGAR secara kontinyu memonitor pergerakan tektonik disepanjang pantai barat Sumatra dan Kepulauan Mentawai.

“Dalam beberapa bulan ke depan, tim EOS-LIPI akan menganalisis data dari jejaring alat GPS ini untuk lebih mengerti tentang mekanisme gempa kemarin,” kata Direktur EOS Kerry Sieh.

Beberapa segmen dari Sunda Megathrust sudah pecah secara beruntun selama 10 tahun terakhir ini menghasilkan rentetan gempa-gempa besar di sepanjang pantai barat Sumatra.

Berdasarkan pola siklus gempa besar selama 700 tahun terakhir di Mentawai, para ahli percaya bahwa rentetan gempa-gempa besar ini sedang menuju klimaks, yaitu terjadinya gempa yang jauh lebih besar, mendekati kekuatan gempa yang menyebabkan tsunami Aceh-Andaman tahun 2004.

Namun, kapan persisnya hal itu akan terjadi tetap masih merupakan misteri alam. “Gempa besar dari megathrust di bawah Pulau Siberut-Sipora-Pagai Utara tersebut bisa terjadi dalam 30 menit lagi atau 30 tahun lagi,” lanjut Kerry.

Yang jelas, gempa kemarin sama sekali tidak mengurangi potensi gempa besar Mentawai yang diprediksi mempunyai akumulasi tekanan bumi sampai 8,8 SR tersebut